AGAMA DAN PENDIDIKAN
MASUK
DI WILAYAH TEUW
Kehidupan
Awal Masyarakat Omakapao. Masyarakat omakapao awalnya adalah makhluk Ciptaan
Tuhan yang di titip oleh Allah di Pulau burung Cendrawasih yaitu Papua Bagian Jantung,
daerah Mapia dengan cara hidup terpencar dan berpindah-pindah (Meramu). Mereka
hidup dalam keadaan penuh tantangan dan peperangan dalam kegelapan, mereka
tinggal menurut marganya masing-masing. Batas dusun setiap marga sudah tau baik
hutan maupun lingkungan rumahnya sesuai dengan batas wilayah yang sudah di
gariskan dari leluhur dan nenek moyang mereka, apa bila berburuh atau berkebun
di kebun orang lain tetap muncul perang antara marga dan wilayah, istri berzina
dengan orang lain serta iri hati, maka perang di antara mereka menjadi
keputusan.
SETELAH
PENGARUH PEMERINAH
Kehidupan
Masyarakat Omakapao Setelah Pengaruh Pemerintahan Belanda. Setelah Pemerintah
Belanda masuk di Paniai muncul beberapa Intimidasi dan Perampasan serta
Kekerasan, dengan cara menakut-nakutkan dengan berbagai tindakan antara lain
memukul, membunuh babi piaraan, mengambil hasil kekayaan, membakar rumah,
sampai kepada menghabiskan nyawa manusia. Tindakan yang sangat tidak manusiawi
adalah “tumpahkan minyak tanah dan bensing di atas alang-alang lalu pasang
korek api kemudian terbakar, kata-kata yang di keluarkan oleh pemerintah saat
itu adalah apa bila tidak kasih, tidak dengar perintah kami, tidak melaksanakan
maka kami akan bakar seperti alang-alang”, apa yang masyarakat saksikan adalah
hal baru bagi mereka saat itu, maka turuti semua perintah mereka yang sangat
biadap.
Angkatan
Pertama Manusia Kampunku (Mapia) Pendidikan di Kokenau. Pada tahun 1952 Pastor
Smith, OFM, sebagai Pastor Paroki Mapia pertama di Modio, setelah bertugas
beberapa bulan Bapak Auki Tekege menghubungi Pastor Smith, OFM untuk membuka
jalan darat ke kokenau untuk membangun hubungan pendidikan dengan Missionaris
Katolik berkebangsaan Belanda yang ada di sana, setelah ada kesepakatan, mereka
ke kokenau di tengah jalan 10 malam lalu mereka sampai di kokenau, namun
sebelumnya Bapak Wagakei Gobai pernah sampai di kokenao namun karena tidak tau
berbahasa dan kembali ke mapia, setelah Bapak Wagakei Gobai menceritakan
kejadian yang ia lihat di sana dengan Bapak Auki Tekege. Auki Tekege lebih dulu
ke kokenau, namun Ia di tangkap dan periksa dari ujung rambut sampai kuku,
setelah itu tidak ada kelainan tubuh yang berbeda adalah rambut, kulit, dan
bahasa. Auki Tekege belajar berbahasa dengan Manusia kulit putih berambut putih
dan panjang. Hasil pemeriksaan itu di beri nama julukan “Kapauku” yang artinya
Manusia makan manusia” ternyata setelah mereka mengenal dari dekat tidak
seperti yang di juluki. Rombongan Pastor Smith,OFM bersama Auki tekege sampai
di kokenao. Setelah dari kokenau kembali Pastor Smith,OFM mengirim angkatan
pertama Manusia Kapauku ke kokenau untuk sekolah, mereka yang di kirim adalah :
Pitalis Butu, Petrus Boga, Yakobus Kotouki, dan Zakarias Tekege.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
Perkembangan Pendidikan Tahun 1956 dan Babak Baru Terbukanya Pintu
Pendidikan Di Omakapao Tahun . Masukknya Pendidikan, bersamaan dengan masuknya
Agama di wilayah Omakapao pada tahun 1956. Rumah yang di buat dengan daun
pandang oleh masyarakat omakapao sebagai tempat Belajar dan juga sebagai Gereja
St. Yohanes Pembaptis Omakapao. Katakis Petrus Boga yang di tugaskan oleh
Pastor Paroki Mapia di Modio ke Omakapao dari tahun 1956 sampai 1959 hanya
pengenalan pendidikan dasar. Tahun 1960 1969 berubah statusnya sekolah menjadi
Sekolah Dasar Subsidi di Omakapao. Tahun 1969 sampai 1972, Zakarias Petege di
tugaskan oleh missi katolik sebagai guru SD YPPK St. Yoseph Omakapao, melihat
kondisi perkembangan pendidikan oleh Pimpinan sekolah Petegeibo gelar rapat
bersama masyarakat dan kepala dusun. Dalam pertemuan petege ogai menanyakan
apakah pernah saat pergi ambil Pendidikan di Auki pernah bayar atau belum, ternyata
belum bayar dan mereka sepakat kumpul logam untuk pergi kubur logam di kuburan
bapak Auki tekege di modio, sementara masyarakat yang lain kubur ayam dua ekor
hitam dan putih di bawah tian bendera merah putih SD YPPK St. Yoseph Omakapao,
di samping satu buah Komauga atau pantung di nyanyikan. “Mereka melagukan masa
depan pendidikan di Omakapao terbuka untuk anak cucunya kepada Tuhan”. Di
sinilah terbuka pintu pendidikan bagi generasi mudah Omakapao sebelum nya satu,
dua atau tiga orang saja yang lolos ujian di antara nya bapak Drs. Natalis
Butu. Kini menjabat sebagai Kepala SMA Negeri II Kabupaten Dogiyai.
PERKEMBANGAN
EKONOMI PERTANIAN
Perkembangan
Ekonomi Masyarakat Omakapuo pada tahun 70-an. Pada tahun 1970 sampai 1990-an
adalah sebuah babak baru lahir melalui tokoh-tokoh pemuda oamakapao antara
lain: Marselus butu, Hendrikus Iyai, Thadeus butu, Zoter anou dan Zoter Iyai,
Laver boga melalui P5 Moanemani. Mereka didik oleh Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL) Bidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan termasuk Pembibitan, Perawatan
dan Panen, dari kampung ke kampung di mapia mereka mengajarkan bidang pertanian
cara Pembibitan, Penanaman, Perawatan sampai panen antara lain :Kopi Arabica,
Kedelei, Jagung, Kacang Erses, Kacang-panjang, Boncis, Sayor mayor dan
buah-buahan. Bidang Peternakan antara lain: Sapi, Babi, Bebek, Kelinci, Ayam,
Itik, dan Bidang Perikanan antara lain: Ikan Mas, Ikan Mujair, Tarapia. Setelah
dari kampung lain kembali ke Omakapao bersama masyarakat mereka di bekali
dengan bibit ternak dan tani dari P5 Moanemani. Bersama masyarakat Omakapao
mereka dapat di ajarkan dan didik sehingga tadinya petani tradisional berubah
menjadi petani nasional. Semua masyarakat mapia dan khususnya omakapao memilki
lahan kopi, kacan, ternak dan ikan kolam maka dari hasil ini masyarakat dapat
membiayai pendidikan anak-anak termasuk, memperoleh gizi yang baik bagi
keluarga dan memperkuat ekonomi rumah tangga keluarga. Dalam penerapan teori
dan praktek ilmu yang mereka peroleh sekali pun terbatas dapat bermanfaat bagi
masyarakat mapia, menatap masa depan yang lebih baik. Tripika bersama
Masyarakat mapia menunggu di omakapao atas kehadiran rombongan Bupati Paniai
(Kini Nabire) Drs. Yusuf Adipatta, beserta Muspida dalam rangka Panen raya
kacang tanah untuk memperkuat ekonomi berbasis kampung yaitu program Intruksi
Daerah Tertinggal (IDT) oleh Presiden Soeharto pada tahun 1990, Hellikopter
mendarat di Omakapao rombongan Muspida di bawah Pimpinan Bupati Paniai (kini
Nabire) Drs. Yusuf Adipatta. Setelah turung dari Hellikopter menuju ke kolasi
Panen raya, memcabut kacang yang sudah di tanam masyarakat kemudian kupas dan
makan tanpa cuci dengan air. Lalu menyampaikan sambutan bupati dan kembali ke
(Paniai kini) Nabire Willem Butu dalam kepemimpinananya sebagai kepala Dusung
dapat membawa perubahan dalam pembangunan masyarakat Kampung Diyoudimi, mulai
dari penataan kampung, pelebaran jalan dan jembatan, pagar keliling kampung,
perpindahan kampung dari Omakapao ke Diyoudimi, penanaman kopi, kebun tani,
gedung sekolah, gereja, ambil bagian dalam gereja bahkan sampai pada usia
lanjud Ia terus semangat dalam penjemputan tamu dari luar sebagai tari
Cendrawasih, Kini pada tahun 2008 Bapak Willem Butu, menghembuskan nafas
terakhir perjuangannya telah terukir dengan karya-Mu. Termasuk yang lain di
antaranya Bapak Guru Yoseph Butu, guru pertama Omakapao, Bapak Amatus Magai,
Bapak Bagewogi Iyai, Bapak Hebei Iyai, Bapak Yohanes Iyai, Bapak Donatus Butu,
dan lainnya yang tidak dapat kami sebut satu per-satu tetapi seribuh tokoh akan
lahir menggantikan posisi bapak-bapak yang telah berjuang trima kasih atas
perjuangan kami akan kenang sepanjang masa, dengan cucuran air mata Tuhan
menjadikan perantara Allah antara dan Umat Katolik St. Yohanes Pembaptis
Omakapao dan Keluarga yang di tinggalkan. Posisi Kepala kampung saat ini di
pegang oleh Bapak Liberatus Butu, namun kondisi perkembangan Agama, Pendidikan,
Pemerintahan Kampung, Kesehatan dan Ekonomi Keluarga dan Kampung semakin
mereosok sehingga mengalami kesulitan yang cukup serius dari tahun 2001-2010,
maka kondisi ini menjadi tanggung jawab kita yang masih hidup dalam memperbaiki
terutama bagi Umat Katolik St. Yohanes Pembaptis Omakapao dan yang ada di
perantauan Nabire, Jayapura, Timika, Paniai, Kerom, Pegunungan bintang, Dogiyai,
Jawa dan Bali. Kita benahi bersama sampai pada punjak acara Perayaan Doa
S’yukur 50 tahun Emas. Sebelum kita memasuki Acara punjak maka tongkat
perjuangan mereka kita kemudi dalam menata kembali pemerintahan Kampung
Diyoudimi, Menata Kondisi Ekonomi Keluarga dan Kampung, Menata Kondisi
Pendidikan dan Gereja, kalau kita diam diri mengurus kepentingan pribadi maka
kita tidak menghargai jaza perjuangan mereka, para leluhur dan pendahulu kita
berjuang tanpa Ilmu Pengetahuan dan Petunjuk, bandingkan dengan kita yang sudah
belajar sampai tingkat Sarjana dan bekerja mari kita bergandeng tangan memikul
tongkat perjuangan mereka. Inilah sekilas sejarah perjalanan perjuangan mereka
hingga kini masih ada di daerah Omakapao kampung Diyoudimi. Banyak yang telah
kita berhasil sebagai bukti hasil perjuangan para Leluhur dan pendahulu kita,
namun masih banyak juga yang belum berhasil yaitu, Biarawan dan Biarawati,
penerbangan, kedokteran, mipa, pertambangan, teknik dan lain-lain. Kita masih
berjuang dan perjuangan kita belum selesai, kita masih di persimpangan jalan
waktu yang kita mau tempuh adalah 25-50 tahun kemudian kita akan sampai
menyelesaikan sisa perjuangan kita inilah Visi dan Misi kita yang terus kita
berjuang karena “Perjuangan kita belum selesai”.
BY KOSMAS IYAI
kine kou
BalasHapusii kouka
BalasHapus