Minggu, 24 April 2016

AGAMA DAN PENDIDIKAN MASUK DI WILAYAH TEUW DISTRIK MAPIA KABUPATEN DOGIYAI – PROVINSI PAPUA



AGAMA DAN PENDIDIKAN  MASUK  DI WILAYAH TEUW


Kehidupan Awal Masyarakat Omakapao. Masyarakat omakapao awalnya adalah makhluk Ciptaan Tuhan yang di titip oleh Allah di Pulau burung Cendrawasih yaitu Papua Bagian Jantung, daerah Mapia dengan cara hidup terpencar dan berpindah-pindah (Meramu). Mereka hidup dalam keadaan penuh tantangan dan peperangan dalam kegelapan, mereka tinggal menurut marganya masing-masing. Batas dusun setiap marga sudah tau baik hutan maupun lingkungan rumahnya sesuai dengan batas wilayah yang sudah di gariskan dari leluhur dan nenek moyang mereka, apa bila berburuh atau berkebun di kebun orang lain tetap muncul perang antara marga dan wilayah, istri berzina dengan orang lain serta iri hati, maka perang di antara mereka menjadi keputusan.

SETELAH  PENGARUH  PEMERINAH

 Kehidupan Masyarakat Omakapao Setelah Pengaruh Pemerintahan Belanda. Setelah Pemerintah Belanda masuk di Paniai muncul beberapa Intimidasi dan Perampasan serta Kekerasan, dengan cara menakut-nakutkan dengan berbagai tindakan antara lain memukul, membunuh babi piaraan, mengambil hasil kekayaan, membakar rumah, sampai kepada menghabiskan nyawa manusia. Tindakan yang sangat tidak manusiawi adalah “tumpahkan minyak tanah dan bensing di atas alang-alang lalu pasang korek api kemudian terbakar, kata-kata yang di keluarkan oleh pemerintah saat itu adalah apa bila tidak kasih, tidak dengar perintah kami, tidak melaksanakan maka kami akan bakar seperti alang-alang”, apa yang masyarakat saksikan adalah hal baru bagi mereka saat itu, maka turuti semua perintah mereka yang sangat biadap.

PENDIDIKAN MASUK DIWILAYA TEU DIDE


Angkatan Pertama Manusia Kampunku (Mapia) Pendidikan di Kokenau. Pada tahun 1952 Pastor Smith, OFM, sebagai Pastor Paroki Mapia pertama di Modio, setelah bertugas beberapa bulan Bapak Auki Tekege menghubungi Pastor Smith, OFM untuk membuka jalan darat ke kokenau untuk membangun hubungan pendidikan dengan Missionaris Katolik berkebangsaan Belanda yang ada di sana, setelah ada kesepakatan, mereka ke kokenau di tengah jalan 10 malam lalu mereka sampai di kokenau, namun sebelumnya Bapak Wagakei Gobai pernah sampai di kokenao namun karena tidak tau berbahasa dan kembali ke mapia, setelah Bapak Wagakei Gobai menceritakan kejadian yang ia lihat di sana dengan Bapak Auki Tekege. Auki Tekege lebih dulu ke kokenau, namun Ia di tangkap dan periksa dari ujung rambut sampai kuku, setelah itu tidak ada kelainan tubuh yang berbeda adalah rambut, kulit, dan bahasa. Auki Tekege belajar berbahasa dengan Manusia kulit putih berambut putih dan panjang. Hasil pemeriksaan itu di beri nama julukan “Kapauku” yang artinya Manusia makan manusia” ternyata setelah mereka mengenal dari dekat tidak seperti yang di juluki. Rombongan Pastor Smith,OFM bersama Auki tekege sampai di kokenao. Setelah dari kokenau kembali Pastor Smith,OFM mengirim angkatan pertama Manusia Kapauku ke kokenau untuk sekolah, mereka yang di kirim adalah : Pitalis Butu, Petrus Boga, Yakobus Kotouki, dan Zakarias Tekege.

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

     Perkembangan Pendidikan Tahun 1956 dan Babak Baru Terbukanya Pintu Pendidikan Di Omakapao Tahun . Masukknya Pendidikan, bersamaan dengan masuknya Agama di wilayah Omakapao pada tahun 1956. Rumah yang di buat dengan daun pandang oleh masyarakat omakapao sebagai tempat Belajar dan juga sebagai Gereja St. Yohanes Pembaptis Omakapao. Katakis Petrus Boga yang di tugaskan oleh Pastor Paroki Mapia di Modio ke Omakapao dari tahun 1956 sampai 1959 hanya pengenalan pendidikan dasar. Tahun 1960 1969 berubah statusnya sekolah menjadi Sekolah Dasar Subsidi di Omakapao. Tahun 1969 sampai 1972, Zakarias Petege di tugaskan oleh missi katolik sebagai guru SD YPPK St. Yoseph Omakapao, melihat kondisi perkembangan pendidikan oleh Pimpinan sekolah Petegeibo gelar rapat bersama masyarakat dan kepala dusun. Dalam pertemuan petege ogai menanyakan apakah pernah saat pergi ambil Pendidikan di Auki pernah bayar atau belum, ternyata belum bayar dan mereka sepakat kumpul logam untuk pergi kubur logam di kuburan bapak Auki tekege di modio, sementara masyarakat yang lain kubur ayam dua ekor hitam dan putih di bawah tian bendera merah putih SD YPPK St. Yoseph Omakapao, di samping satu buah Komauga atau pantung di nyanyikan. “Mereka melagukan masa depan pendidikan di Omakapao terbuka untuk anak cucunya kepada Tuhan”. Di sinilah terbuka pintu pendidikan bagi generasi mudah Omakapao sebelum nya satu, dua atau tiga orang saja yang lolos ujian di antara nya bapak Drs. Natalis Butu. Kini menjabat sebagai Kepala SMA Negeri II Kabupaten Dogiyai. 

PERKEMBANGAN EKONOMI PERTANIAN


Perkembangan Ekonomi Masyarakat Omakapuo pada tahun 70-an. Pada tahun 1970 sampai 1990-an adalah sebuah babak baru lahir melalui tokoh-tokoh pemuda oamakapao antara lain: Marselus butu, Hendrikus Iyai, Thadeus butu, Zoter anou dan Zoter Iyai, Laver boga melalui P5 Moanemani. Mereka didik oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Bidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan termasuk Pembibitan, Perawatan dan Panen, dari kampung ke kampung di mapia mereka mengajarkan bidang pertanian cara Pembibitan, Penanaman, Perawatan sampai panen antara lain :Kopi Arabica, Kedelei, Jagung, Kacang Erses, Kacang-panjang, Boncis, Sayor mayor dan buah-buahan. Bidang Peternakan antara lain: Sapi, Babi, Bebek, Kelinci, Ayam, Itik, dan Bidang Perikanan antara lain: Ikan Mas, Ikan Mujair, Tarapia. Setelah dari kampung lain kembali ke Omakapao bersama masyarakat mereka di bekali dengan bibit ternak dan tani dari P5 Moanemani. Bersama masyarakat Omakapao mereka dapat di ajarkan dan didik sehingga tadinya petani tradisional berubah menjadi petani nasional. Semua masyarakat mapia dan khususnya omakapao memilki lahan kopi, kacan, ternak dan ikan kolam maka dari hasil ini masyarakat dapat membiayai pendidikan anak-anak termasuk, memperoleh gizi yang baik bagi keluarga dan memperkuat ekonomi rumah tangga keluarga. Dalam penerapan teori dan praktek ilmu yang mereka peroleh sekali pun terbatas dapat bermanfaat bagi masyarakat mapia, menatap masa depan yang lebih baik. Tripika bersama Masyarakat mapia menunggu di omakapao atas kehadiran rombongan Bupati Paniai (Kini Nabire) Drs. Yusuf Adipatta, beserta Muspida dalam rangka Panen raya kacang tanah untuk memperkuat ekonomi berbasis kampung yaitu program Intruksi Daerah Tertinggal (IDT) oleh Presiden Soeharto pada tahun 1990, Hellikopter mendarat di Omakapao rombongan Muspida di bawah Pimpinan Bupati Paniai (kini Nabire) Drs. Yusuf Adipatta. Setelah turung dari Hellikopter menuju ke kolasi Panen raya, memcabut kacang yang sudah di tanam masyarakat kemudian kupas dan makan tanpa cuci dengan air. Lalu menyampaikan sambutan bupati dan kembali ke (Paniai kini) Nabire Willem Butu dalam kepemimpinananya sebagai kepala Dusung dapat membawa perubahan dalam pembangunan masyarakat Kampung Diyoudimi, mulai dari penataan kampung, pelebaran jalan dan jembatan, pagar keliling kampung, perpindahan kampung dari Omakapao ke Diyoudimi, penanaman kopi, kebun tani, gedung sekolah, gereja, ambil bagian dalam gereja bahkan sampai pada usia lanjud Ia terus semangat dalam penjemputan tamu dari luar sebagai tari Cendrawasih, Kini pada tahun 2008 Bapak Willem Butu, menghembuskan nafas terakhir perjuangannya telah terukir dengan karya-Mu. Termasuk yang lain di antaranya Bapak Guru Yoseph Butu, guru pertama Omakapao, Bapak Amatus Magai, Bapak Bagewogi Iyai, Bapak Hebei Iyai, Bapak Yohanes Iyai, Bapak Donatus Butu, dan lainnya yang tidak dapat kami sebut satu per-satu tetapi seribuh tokoh akan lahir menggantikan posisi bapak-bapak yang telah berjuang trima kasih atas perjuangan kami akan kenang sepanjang masa, dengan cucuran air mata Tuhan menjadikan perantara Allah antara dan Umat Katolik St. Yohanes Pembaptis Omakapao dan Keluarga yang di tinggalkan. Posisi Kepala kampung saat ini di pegang oleh Bapak Liberatus Butu, namun kondisi perkembangan Agama, Pendidikan, Pemerintahan Kampung, Kesehatan dan Ekonomi Keluarga dan Kampung semakin mereosok sehingga mengalami kesulitan yang cukup serius dari tahun 2001-2010, maka kondisi ini menjadi tanggung jawab kita yang masih hidup dalam memperbaiki terutama bagi Umat Katolik St. Yohanes Pembaptis Omakapao dan yang ada di perantauan Nabire, Jayapura, Timika, Paniai, Kerom, Pegunungan bintang, Dogiyai, Jawa dan Bali. Kita benahi bersama sampai pada punjak acara Perayaan Doa S’yukur 50 tahun Emas. Sebelum kita memasuki Acara punjak maka tongkat perjuangan mereka kita kemudi dalam menata kembali pemerintahan Kampung Diyoudimi, Menata Kondisi Ekonomi Keluarga dan Kampung, Menata Kondisi Pendidikan dan Gereja, kalau kita diam diri mengurus kepentingan pribadi maka kita tidak menghargai jaza perjuangan mereka, para leluhur dan pendahulu kita berjuang tanpa Ilmu Pengetahuan dan Petunjuk, bandingkan dengan kita yang sudah belajar sampai tingkat Sarjana dan bekerja mari kita bergandeng tangan memikul tongkat perjuangan mereka. Inilah sekilas sejarah perjalanan perjuangan mereka hingga kini masih ada di daerah Omakapao kampung Diyoudimi. Banyak yang telah kita berhasil sebagai bukti hasil perjuangan para Leluhur dan pendahulu kita, namun masih banyak juga yang belum berhasil yaitu, Biarawan dan Biarawati, penerbangan, kedokteran, mipa, pertambangan, teknik dan lain-lain. Kita masih berjuang dan perjuangan kita belum selesai, kita masih di persimpangan jalan waktu yang kita mau tempuh adalah 25-50 tahun kemudian kita akan sampai menyelesaikan sisa perjuangan kita inilah Visi dan Misi kita yang terus kita berjuang karena “Perjuangan kita belum selesai”.

                                                        BY KOSMAS IYAI

2 komentar:

FORMULIR KONTAK

Nama

Email *

Pesan *